Tradisi Retorika

Tradisi Retorika


Pengertian Dari Tradisi Retorika

Tradisi retorika merupakan salah satu tradisi dari teori komunikasi. Dikutip dari wikipedia, “Retorika (dari bahasa Yunani: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo)”.  Menurut Aristoteles (M. Djen Amar, 1986, hlm. 11), retorika adalah seni membujuk atau the art of  persuation.

Retorika sendiri telah mengalami perkembangan dari waktu – ke waktu. Dimulai dari era klasik (5-1 SM ), lalu abad pertengahan (400-1400 Masehi), masa Renaissance (Sekitar 1300-1600 Masehi) , abad pencerahan, masa retorika kontemporer ( abad ke-20)  hingga retorika postmodern (akhir abad ke -20 & awal abad ke-21). De Arte Rhetorica merupakan buku yang pernah ditulis oleh Aristoteles hingga 3 jilid, yang diantaranya terdapat 5 hukum retorika (tahapan dalam menyusun pidato), yaitu :
Inventio (penemuan)
Dispositio (penyusunan)
Elocutio (gaya)
Memoria (memori)
Pronuntiatio (penyampaian).  
Dalam doktrin retorika Aristoteles, terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu : Retorika deliberatif  yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang, Retorika forensik yang berfokus pada sifat yuridis serta pada apa yang telah terjadi di masa lampau guna menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran dan yang terakhir yaitu Retorika demonstartif  yang berfokus pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan yang bertujuan untuk memperkuat sifat baik ataupun buruk dari seseorang, lembaga maupun gagasan.

Salah satu mahakarya terbesar dari Aristoteles yaitu Rethoric. Menurut Aristoteles, yang paling utama dalam retorika adalah moralitas. Jika dalam retorika memenuhi dua unsur yaitu kebijaksanan (wisdom) serta kemampuan untuk mengolah kata ( eloquence), maka bisa dikatakan retorika tersebut sukses. Aristoteles (195:45) lebih dari 2000 tahun yang lalu pernah menulis :
“Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicaranya, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang lain : Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja  dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulisa retorika bahwa kebaikan personal yang di ungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya; sebaliknya, karakternya  hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.

Menurut Aristoteles, kualitas persuasi dari retorika bergantung kepada tiga aspek pembuktian, yaitu logika (logos), etika (ethos), dan emosional (pathos).
Logika (Logos)  
Berangkat dari argumentasi pembicara atau si orator ,
Etika (ethos) 
Dilihat dari bagaimana karakter si orator terungkap melalui pesan-pesan yang disampaikannya dalam orasi                                                          
Emosional (pathos) 
Dapat dirasakan dari bagaimana transmisi perasaan dari orator mampu tersampaikan kepada para khalayaknya.

Tradisi Retorika mempunyai 6 keistimewaan yang menjadi ciri-ciri dalam tradisi ini, yaitu : Pertama, sebuah keyakinan bahwa dengan berbicara, menjadi pembeda antara manusia dan binatang. Kedua, pidato publik yang disampaikan dalam sebuah forum demokrasi merupakan cara yang lebih efektif dalam pemecahan masalah politik. Ketiga, retorika adalah cara di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi salah satu audiens diantara banyak audiens melalui pidato yang bersifat persuasif. Keempat, dasar pendidikan kepemimpinan terletak pada pelatihan kecakapan pidato . Seorang pemimpin harus bisa membuat argumen yang kuat dan lantang dalam menyuarakan argumen tersebut.Kelima, sebuah kekuatan dan keindahan dalam bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional serta untuk menggerakannya dalam beraksi/bertindak. Retorika itu merujuk kepada seni berbicara dibandingkan ilmu berbicara. Yang terakhir, hingga pada tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika menjadi suatu keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya agar berbicara di depan publik.

3 Macam Cara Memanfaatkan Retorika, yaitu :
·     
      Secara Spontan atau Intuisif
Memanfaatkan retorika dengan spontan. Apalagi jika topiknya hanya membahas tentang apa yang sedang tren atau hanya basa basi . Biasanya penutur tidak mau menghabiskan banyak waktu  dan tenaga hanya untuk memilih materi bahasa.
·     
      Secara Tradisional atau Konvensional
Memanfaatkan rretorika secara tradisional, tidak hanya terjadi di  masa-masa lampau saja melainkan juga di kehidupan modern. Contohnya saat rapat atau pertemuan-pertemuan formal lainnya. Orang yang diberi kesempatan berbicara di dalam pertemuan, pasti dia menyebut nama deretan pejabat yang hadir sementara orang yang diberi kesempatan, serta memberikan ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepadanya, dan lain-lain. Kebiasaan ini, sudah mendarah daging dalam bertutur resmi.
·     
      Pemanfaatan Retorika Secara Terencana
Maksud dari pemanfaatan secara terencana yaitu penggunaan retorika yang telah direncanakan sebelumnya, akan secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang sudah jelas. Contohnya bidang politik, bidang ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian bidang pendidikan, dan lain-lain. Seorang yang sedang berceramah ataupun sedang berorasi bisa dijadikan contoh dalam pemanfaatan retorika secara terencana.

NAMA : WENY AYU PUJI HARDIYANTI
NIM : E1101161032
PRODI : ILMU KOMUNIKASI


Sumber:
http://fgreisye.blogspot.co.id/2012/08/komunikasi-tradisi-retorika-i.html
http://lannylameanda.blogspot.co.id/2013/09/7-tradisi-dalam-komunikasi.html
http://setiadarmawan.blogspot.co.id/2013/07/teori-retorika.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Retorika
https://www.kompasiana.com/nadiakamila/sejarah-dan-perkembangan-retorika_54f7d10ba33311f8498b478c
https://ressalinq.wordpress.com/2014/06/16/psikologi-komunikator-dan-psikologi-pesan/
https://yearrypanji.wordpress.com/2008/04/26/teori-retorika-aristoteles/









Komentar

Postingan Populer